Gerakan
Moda Transportasi Non Bahan Bakar Fosil
(Non-Fosil-Fuel Driven Vehicle) di Unnes
Oleh
HAFSHOH
DWI NIRWANA
4301411142
A.
P engertian
Gerakan moda transportasi non bahan
bakar fosil (non-fosil-fuel driven vehicle) yang diterapkan di Unnes ini
merupakan kegiatan program Unnes untuk tidak menggunakan transportasi yang
berbahan bakar fosil di sekitar kampus. Tujuannya yaitu untuk mengubah alam ini
menjadi konservasi dan mengurangi pemanasan global serta bersih dari polusi
asap kendaraan. Gerakan ini dilakukan dengan menggunakan transportasi massal
yaitu dengan bersepeda secara massal atau bersama-sama.
B.
Penggunaan Model
Arsitektur
hijau, secara sederhana mempunyai pengertian bangunan atau lingkungan binaan
yang dapat mengurangi atau dapat melakukan efisiensi sumber daya material, air
dan energi, dalam pengertian yang lebih luas, adalah bangunan atau lingkungan
binaan yang efisien dalam penggunaan energi, air dan segala sumber daya yang
ada, mampu menjaga keselamatan, keamanan dan kesehatan penghuninya dalam
mengembangkan produktivitas penghuninya, mampu mengurangi sampah, polusi dan
kerusakan lingkungan.
Dalam divisi ini
akan dikembangkan guidline penyertaan struktur ramah lingkungan pada penggunaan
gedung saat ini dengan fungsi baru, pengembangan jalur sepeda dan jalan kaki,
penggunaan transportasi ramah lingkungan, pembuatan shelter sepeda, pembuatan
contoh sumur resapan, dan pembuatan model bangunan hemat energi
Hal
ini bertujuan membentuk budaya ramah lingkungan pada lingkungan kampus. Pada tahap
awal sejak deklarasi UNNES sebagai universitas konservasi pengembangan jalur
sepeda dan jalan kaki telah dilaksanakan. Universitas
Negeri Semarang (Unnes) mewajibkan mahasiswa menggunakan sepeda untuk
menunjang mobilitas mereka di dalam lingkungan kampus.
Menurut Rektor Unnes, Prof Sudijono Sastroatmodjo, di
Semarang, Jawa Tengah, Kamis (12/8), kewajiban mengendarai sepeda itu untuk
mengurangi polusi dan mewujudkan konsep kampus konservasi yang ramah
lingkungan. "Kami mencatat populasi
sepeda motor yang ada di lingkungan Unnes sudah sangat banyak sehingga
dikhawatirkan akan memperparah polusi udara yang ada di kawasan kampus
ini," katanya.
Berdasarkan penelitian tim Unnes, jumlah sepeda motor
yang melintas di kawasan Unnes setiap hari diakumulasi mencapai 243,5 unit,
padahal setiap unitnya menyumbang karbondioksida (CO2). Setiap sepeda motor diperkirakan menghasilkan sebanyak
8,22 kilogram CO2/hari sehingga kandungan CO2 dari
seluruh sepeda motor yang ada di Unnes mencapai 2001,57 kg/hari. Untuk
mendukung adanya kebijakan konservasi, upaya yang dilakukan adalah salah
satunya mengurangi penggunaan sepeda motor. Unnes
juga tengah merancang pembangunan "shelter" yang akan berfungsi
sebagai tempat transit, tempat parkir sepeda, dan pengaturan jalur sepeda.
Para mahasiswa diharapkan untuk memarkirkan sepeda motor atau mobil di sekitar shelter dan beralih menggunakan sepeda menuju kampus masing-masing.
Para mahasiswa diharapkan untuk memarkirkan sepeda motor atau mobil di sekitar shelter dan beralih menggunakan sepeda menuju kampus masing-masing.
Jumlah mahasiswa baru Unnes dari jenjang
strata 1 (S-1) saat ini mencapai sekitar 4.000 orang, belum termasuk mahasiswa
dari program diploma dan pascasarjana. Seluruh mahasiswa baru harus menaati
kebijakan itu dan kalau mereka melanggar akan dikenai sanksi, mulai dari
teguran lisan, tertulis, hingga sanksi administratif. Penerapan kebijakan
tersebut bagi dosen dan karyawan memang belum diatur secara jelas dalam
kebijakan itu, namun tetap diimbau menaatinya.
C.
Penerapan Transportasi Massal
Hijaunya lingkungan kampus Universitas
Negeri Semarang (Unnes) diakui membuat para pengayuh sepeda tak cepat merasakan
lelah. Setidaknya itulah dikatakan Kukrit Suryo Wicaksono, ketua Suara Merdeka
Bicycle Club (SMBC) seusai bersepeda di kampus Unnes dan beberapa ruas jalan di
kawasan Gunungpati, Minggu (26/12).
Bersama Rektor Prof Dr Sudijono
Sastroatmodjo MSi dan ratusan anggota SMBC, Unnes Cycling Association (UCA),
dan Pahlawan Cycling Club, Kukrit menyusuri kampus Unnes, Jalan Sekaran,
Kalisegoro, Ngijo, Pengkol, Pagersalam, Sumurjurang, Mangunsari, dan finis di
Unnes.
Bersama rektor dan jajarannya sudah menerapkan transportasi
massal yang di laksanakan oleh warga Unnes meliputi dosen, karyawan dan juga
mahasiswa. Namun saat ini entah mengapa populasi sepeda semakin berkurang tidak
seperti dahulu yang baru-barunya Unnes menetapkan sebagai universitas
konservasi.
D.
Program yang di Kembangkan
Sebagai
Universitas Konservasi, UNNES harus melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
menunjang terciptanya kampus yang hijau, bebas polusi asap kendaraan. Sebagai
contoh : Car Free Day (Hari Bebas Mobil) atau bersepeda ke kampus. Dengan adanya
kegiatan-kegiatan tersebut, diharapkan UNNES benar-benar menjadi Universitas
Terhijau di Indonesia bahkan Universitas Konservasi Tingkat Internasional.
Namun, kegiatan tersebut belum sepenuhnya berhasil, karena masih banyak
mahasiswa yang menggunakan sepeda motor ketika berangkat ataupun pulang kuliah.
Itulah yang menyebabkan polusi udara belum teratasi. Di sisi lain, pihak
birokrasi UNNES sedang gencar-gencarnya menggunakan sepeda ke kampus. Saat ini,
di belakang BNI UNNES sedang dibangun parkir sepeda motor maupun mobil. Parkir
ini berpusat di sebelah gedung A1 FIP. Dengan adanya parkir pusat ini, seluruh
civitas akademika diharapkan ke kampus dengan bersepeda atau bahkan mungkin
dapat berjalan kaki, sehingga udara di sekitar kampus akan terasa lebih sejuk.
Sejak
19 Desember 2010 lalu Unnes sudah mulai membuat Pasar Krempyeng Nyeni pada tiap
Minggu pagi. Setidaknya ini menjadi titik semangat untuk mengembangkan kegiatan
rutin tersebut ini menjadi lebih bermanfaat untuk menggalang partisipasi
masyarakat kampus dan masyarakat sekitar kampus Unnes menyumbangkan perannya
pada lingkungan hidup. Pasar Krempyeng Nyeni bisa dijadikan hari khusus bagi
masyarakat kampus dan masyarakat sekitar untuk ”belajar memaknai” hidup
tanpa kendaraan bermotor. Alternatif lain yang lebih berani adalah
menyelenggarakan kegiatan CFD pada hari kerja. Seluruh sivitas akademika pada
hari tertentu diwajibkan bermobilitas di kampus tanpa kendaraan bermotor. Tentu
hal ini menyangkut kebijakan dan kesepakatan seluruh civitas akademika itu
sendiri.
Car Free Day bisa memberi efek berantai
yang sungguh positif: menggalang kebersamaan; memupuk naluri gotong royong;
menumbuhkan kepercayaan antar warga, bahkan antara warga dan aparat pemerintah;
bibir yang semula berkerut ke depan tertarik ke samping membentuk senyum lebar.
Aktivitas bertemu orang banyak, dari masyarakat sipil hingga para aparat yang
dalam keseharian terkungkung dalam label atasan-bawahan, aparat hukum-sipil,
lawan-kawan politik langsung lebur dalam satu suasana: kebersamaan. Car
Free Day merupakan peluang untuk berinteraksi informal secara positif
antarsesama setelah lama tenggelam dalam individualisme keseharian.
Namun,
Car Free Day harus dilakukan secara kontinue (berkelanjutan) agar sekuruh
civitas akademika dapat merasakan nikmatnya pemandangan kampus dengan berjalan
ataupun bersepeda gembira bersama kawan-kawannya. Semua itu dilakukan untuk
mengangkat citra UNNES di mata dunia bahwa UNNES satu-satunya Universitas di
Indonesia yang telah mendeklarasikan dirinya sebagai Universitas Konservasi.
Semenjak Unnes
mendeklarasikan diri sebagai universitas konservasi, program-program yang
mendukung visi ini terus bergulir; termasuk bersepeda di lingkungan kampus.
Memang, membuat sepeda menjadi populer tidak mudah. Ada beberapa hal yang
menjadi tantangan, seperti :
1. Menyiasati
kondisi geografi. Apabila kawasan Kota Semarang dapat dibagi menjadi tiga
kawasan (daerah dataran, daerah perbukitan, dan daerah peralihan), maka kampus Unnes terletak di daerah perbukitan dengan
elevasi termasuk tertinggi di Kota Semarang.
2. Bersepeda
merupakan hal “baru” di lingkungan kampus Unnes. Hal “baru” dalam arti
bersepeda tidak memiliki sejarah yang panjang yang berkaitan dengan kebiasaan
masyarakat, khususnya di sekitar kampus Sekaran.
Kota-kota di
Indonesia seperti Semarang bawah, Solo, dan Yogjakarta dulu ramah kepada para
pesepeda. Namun sayang, itu tidak berlangsung sampai saat ini. Sebaliknya,
beberapa kota dianggap surga pesepeda di mancanegara, seperti Amsterdam,
Copenhagen, Berlin, dan Barcelona. Berkaca dari pengalaman kota-kota yang
memiliki sejarah panjang dengan kisah sepeda sampai saat ini, mungkin ada
beberapa hal yang bisa dipelajari oleh kampus kita.
Menurut
publikasi Fietsberaad; salah satu partner pendiri Dutch Cycling Embassy
(organisasi dunia yang mengampanyekan sepeda ke seluruh dunia), dua kata kunci
dalam pengembangan budaya bersepeda adalah kontinuitas dan integrasi.
Kontinuitas berarti ada kesinambungan untuk tetap konsisten dengan kebijakan
yang pro bagi pesepeda. Bisa dibayangkan, bila sepeda pada awal tahun 1900-an
di Eropa adalah alat transportasi yang hanya bisa dijangkau kaum elite kemudian
bertransformasi menjadi alat transportasi bagi semua kalangan saat ini.
Integral berarti kebijakan prosepeda ini juga mempertimbangkan aspek
keterpaduan dengan kebijakan lalu lintas dan dengan keterpaduan dengan moda
transportasi yang lain.
E.
Ketersediaan dan Fasilitas
Awal
tahun 2013, kampus Universitas Negeri Semarang (Unnes) Sekaran direncanakan
bebas kendaraan bermotor. Pasalnya, gedung parkir yang kini tengah dibangun
terletak di sebelah Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) rampung dibangun. Dosen,
karyawan dan mahasiswa akan diarahkan supaya memarkir kendaraan di tempat
parkir terpadu.
Rencana
ini dipaparkan dalam rapat pimpinan dengan Badan Konservasi Unnes, Rabu
(21/11). Rapat dihadiri Pembantu Rektor Bidang Akademik (PR I) Dr Agus
Wahyudin, Pembantu Rektor Bidang Administrasi Umum (PR II) Dr Wahyono, Pembantu
Rektor Bidang Pengembangan dan Kerja Sama (PR IV) Prof Fathur Rokhman, Direktur
Pascasarjana, Dekan, Kepala Biro, Kepala Badan, Unit Pelayanan Pengadaan (ULP),
dan fungsionaris mahasiswa.
“Tahun
2013 kampus Unnes bebas dari kendaraan bermotor. Dosen, karyawan, dan mahasiswa
ke fakultas berjalan kaki atau bersepeda,” kata Prof Masrukhi.
Prof Masrukhi mengatakan, Unnes akan
menyediakan lima titik parkir supaya dosen, karyawan, dan mahasiswa bisa
memilih tempat parkir yang paling dekat dengan tempatnya beraktivitas. Lima
tempat parkir tersebut adalah Gedung Serba Guna lima lantai di sebelah FIP,
halaman Masjid Ulul Albab (MUA), lapangan parkir FMIPA, PKMU, dan tempat parkir
di dekat lapangan sintetis FIK.
Lapangan parkir tersebut diprediksi dapat
menampung ratusan mobil dan ribuan sepeda motor. Parkir GSG, misalnya, diperkirakan
dapat menampung 102 mobil dan 2.218 sepeda motor. Lapangan atletik diperkirakan
dapat menampung 25 mobil dan 722 sepeda motor. Lapangan parkir MUA diperkirakan
dapat menampung 23 mobil dan 650 sepeda motor. Lapangan parkir FMIPA
diperkirakan dapat menampung 29 mobil dan 834 sepeda motor. Adapun lapangan
parkir PKMU direncanakan dapat menampung 22 mobil dan 626 sepeda motor.
Selain
menyiapkan tempat parkir, Unnes akan menyiapkan sepeda dan mobil aki kering.
Mobil ini akan memfasilitasi civitas akademica yang
beraktivitas secara gratis. “Jadi, siapa pun yang tidak bisa naik sepeda, tidak
perlu khawatir. Fakultas Teknik (FT) Unnes sudah merancang beberapa mobil aki
kering siap mengantar siapa saja dan ke fakultas mana saja secara gratis. Ini
adalah komitmen universitas konservasi,” pungkas Prof Masrukhi.
F.
Sarana dan Prasarana Pendukung
Untuk mendukung keberhasilan program itu, Unnes
menyediakan sarana dan prasarana pendukung. Misalnya, pembangunan jalan untuk
pejalan kaki. Begitu pula untuk pemakai sepeda, ada jalur tersendiri dengan
tempat parkir khusus.
Kantong-kantong perparkiran sepeda motor dibangun tak jauh dari areal kampus. Di lokasi itu disediakan sepeda yang bisa dipinjam mahasiswa. "Jadi, setelah memarkir motor, mereka meminjam sepeda untuk menuju kampus," tutur Sudijono. Selain itu, pihak rektorat sedang mengupayakan pengadaan dua unit mobil listrik sebagai kendaraan komuter.
Kantong-kantong perparkiran sepeda motor dibangun tak jauh dari areal kampus. Di lokasi itu disediakan sepeda yang bisa dipinjam mahasiswa. "Jadi, setelah memarkir motor, mereka meminjam sepeda untuk menuju kampus," tutur Sudijono. Selain itu, pihak rektorat sedang mengupayakan pengadaan dua unit mobil listrik sebagai kendaraan komuter.
Kebijakan penggunaan sepeda dalam kampus itu
merupakan penjabaran program konservasi yang tengah digalakkan kampus Unnes.
Program "Universitas Konservasi" menjadi andalan Unnes untuk
menggapai citra setara dengan perguruan tinggi lain. "Bila kebanyakan
perguruan tinggi menjadikan riset sebagai unggulan, Unnes menjadikan konservasi
untuk menuju world class university," Sudijono
mengungkapkan.
Kontinuitas dan integrasi ini harus bisa
diwujudkan dengan masterplan transportasi kampus Unnes dan sekitarnya. Rencana
ini antara lain mempertimbangkan rute khusus sepeda (misalnya dengan pengecatan
warna yang mencolok untuk lajur sepeda atau pemisahan yang jelas dengan jalur
sepeda, dengan jalur sepeda yang khusus, selebar 1,8 m-2 m), keterpaduan dengan
angkutan umum dan kendaraan pribadi, parkir sepeda yang memadai, desain
persilangan jalan yang aman dan masih banyak lagi.
Sebagai catatan, kondisi Sekaran dan sekitarnya
memang tidak ideal bila mengingat kemiringan lebih dari 20o, tetapi
hal ini bukannya tidak mungkin untuk budaya bersepeda. Kuncinya adalah dengan
keterpaduan moda baik kendaraan umum dan pribadi harus tersambung dengan lokasi
parkir sepeda maka arus komuter pesepeda akan lancar.
Saat ini sejumlah sepeda memang terlihat siap
sedia dipakai siapa saja di beberapa lokasi. Melihat pengalaman sepeda hibah
dari beberapa sponsor Unnes, mungkin ada baiknya dievaluasi kembali. Tentu kita
semua sangat berterima kasih dengan ratusan sepeda hibah tersebut, tetapi tetap
tidak dapat dimungkiri bahwa kondisi sepeda tersebut cukup jauh untuk bisa
disebut berkualitas. Apa tidak lebih baik, bila sponsor tersebut diberi opsi: pertama,
Unnes yang menentukan secara spesifik sepeda seperti apa yang akan diberikan,
atau kedua, sponsor cukup memberikan dana dan pihak Unnes yang akan
menjadi panitia pengadaannya. Mungkin panitia bisa membeli rangka sepedanya
saja dari luar, kemudian pihak Unnes terutama fakultas yang terkait akan
membuat sendiri .
G.
Bantuan Sepeda
Unnes memperoleh bantuan 700 unit
sepeda dari Bank Mandiri. Bantuan sepeda itu dimaksudkan sebagai bentuk
dukungan atas program universitas konservasi yang dicanangkan perguruan tinggi
itu. Penyerahan sepeda tersebut dilakukan oleh Direktur Commercial and
Business Banking Bank Mandiri, Sunarso, kepada Rektor Unnes Prof Dr Sudijono
Sastroatmodjo MSi di kampus Sekaran Gunungpati, Sabtu (6/11). Sebelumnya
seluruh sivitas akademika Unnes bersama jajaran Bank Mandiri dan dihadiri
Sekjen Kemendiknas Prof Dr Ir Dodi Nandika serta Ketua Yayasan Damandiri Prof
Dr Haryono Suyono bersepeda mengelilingi kampus Sekaran.
Kebijakan Unnes bersepeda atau
berjalan kaki ini diberlakukan bagi seluruh mahasiswa baru sejak tahun ajaran
baru 2010/2011 sekitar bulan Agustus lalu.
Sunarso mengatakan, bantuan tersebut diberikan atas penilaian Bank Mandiri kepada Unnes yang memiliki perhatian khusus untuk melestarikan dan menjaga lingkungan dalam konsep universitas konservasi. Sebagai kontribusinya dan juga sesuai dengan kebutuhan Unnes untuk melaksanakan kebijakan bersepeda ke kampus, Bank Mandiri memberikan bantuan 700 sepeda. ’’Ini merupakan wujud dari program Corporate Social Responsibility (CSR) Bank Mandiri dalam dunia pendidikan yang dikembangkan Unnes pada konservasi green campus,’’ ujarnya.
Sunarso mengatakan, bantuan tersebut diberikan atas penilaian Bank Mandiri kepada Unnes yang memiliki perhatian khusus untuk melestarikan dan menjaga lingkungan dalam konsep universitas konservasi. Sebagai kontribusinya dan juga sesuai dengan kebutuhan Unnes untuk melaksanakan kebijakan bersepeda ke kampus, Bank Mandiri memberikan bantuan 700 sepeda. ’’Ini merupakan wujud dari program Corporate Social Responsibility (CSR) Bank Mandiri dalam dunia pendidikan yang dikembangkan Unnes pada konservasi green campus,’’ ujarnya.
Sementara Sudijono menyampaikan,
penyerahan bantuan sepeda itu merupakan bentuk kerja sama Bank Mandiri dan
Yayasan Damandiri dalam pemberdayaan masyarakat untuk menumbuhkan dan
menguatkan program konservasi, yang salah satu tujuannya adalah mengurangi
polusi udara. Kemudian sepeda merupakan salah satu sarana yang dibutuhkan untuk
itu.
’’Hingga saat ini jumlah sepeda di
Unnes di atas seribu unit. Dengan pengurangan penggunaan sepeda motor dan mobil
membuat lingkungan benar-benar nyaman bagi penghuni yang sebagian besar pelajar
yang masih lama menghirup udara ini,’’ ungkapnya.
No comments:
Post a Comment