Blogger Widgets Hai hai hai... Selamat Datang in My Blog :D Blog ini berisikan tentang materi kimia mengenai "Kimia Unsur" meliputi kelimpahan unsur-unsur di alam, sifat-sifat unsur kimia, pembuatan unsur di alam serta kegunaan dan dampak unsur/senyawa bagi manusia dan lingkungan!! selamat belajar...

Tuesday, 4 December 2012

Gerakan Moda Transportasi Non Bahan Bakar Fosil (Non-Fosil-Fuel Driven Vehicle) di Unnes


Gerakan Moda Transportasi Non Bahan Bakar Fosil
 (Non-Fosil-Fuel Driven Vehicle) di Unnes
Oleh
HAFSHOH DWI NIRWANA
4301411142
A.      P        engertian
          Gerakan moda transportasi non bahan bakar fosil (non-fosil-fuel driven vehicle) yang diterapkan di Unnes ini merupakan kegiatan program Unnes untuk tidak menggunakan transportasi yang berbahan bakar fosil di sekitar kampus. Tujuannya yaitu untuk mengubah alam ini menjadi konservasi dan mengurangi pemanasan global serta bersih dari polusi asap kendaraan. Gerakan ini dilakukan dengan menggunakan transportasi massal yaitu dengan bersepeda secara massal atau bersama-sama.
B.       Penggunaan Model
                 Arsitektur hijau, secara sederhana mempunyai pengertian bangunan atau lingkungan binaan yang dapat mengurangi atau dapat melakukan efisiensi sumber daya material, air dan energi, dalam pengertian yang lebih luas, adalah bangunan atau lingkungan binaan yang efisien dalam penggunaan energi, air dan segala sumber daya yang ada, mampu menjaga keselamatan, keamanan dan kesehatan penghuninya dalam mengembangkan produktivitas penghuninya, mampu mengurangi sampah, polusi dan kerusakan lingkungan.
        Dalam divisi ini akan dikembangkan guidline penyertaan struktur ramah lingkungan pada penggunaan gedung saat ini dengan fungsi baru, pengembangan jalur sepeda dan jalan kaki, penggunaan transportasi ramah lingkungan, pembuatan shelter sepeda, pembuatan contoh sumur resapan, dan pembuatan model bangunan hemat energi
        Hal ini bertujuan membentuk budaya ramah lingkungan pada lingkungan kampus. Pada tahap awal sejak deklarasi UNNES sebagai universitas konservasi pengembangan jalur sepeda dan jalan kaki telah dilaksanakan. Universitas Negeri Semarang (Unnes)  mewajibkan mahasiswa menggunakan sepeda untuk menunjang mobilitas mereka di dalam lingkungan kampus.
        Menurut Rektor Unnes, Prof Sudijono Sastroatmodjo, di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (12/8), kewajiban mengendarai sepeda itu untuk mengurangi polusi dan mewujudkan konsep kampus konservasi yang ramah lingkungan. "Kami mencatat populasi sepeda motor yang ada di lingkungan Unnes sudah sangat banyak sehingga dikhawatirkan akan memperparah polusi udara yang ada di kawasan kampus ini," katanya.
        Berdasarkan penelitian tim Unnes, jumlah sepeda motor yang melintas di kawasan Unnes setiap hari diakumulasi mencapai 243,5 unit, padahal setiap unitnya menyumbang karbondioksida (CO2). Setiap sepeda motor diperkirakan menghasilkan sebanyak 8,22 kilogram CO2/hari sehingga kandungan CO2 dari seluruh sepeda motor yang ada di Unnes mencapai 2001,57 kg/hari. Untuk mendukung adanya kebijakan konservasi, upaya yang dilakukan adalah salah satunya mengurangi penggunaan sepeda motor. Unnes juga tengah merancang pembangunan "shelter" yang akan berfungsi sebagai tempat transit, tempat parkir sepeda, dan pengaturan jalur sepeda.
Para mahasiswa diharapkan untuk memarkirkan sepeda motor atau mobil di sekitar shelter dan beralih menggunakan sepeda menuju kampus masing-masing.
        Jumlah mahasiswa baru Unnes dari jenjang strata 1 (S-1) saat ini mencapai sekitar 4.000 orang, belum termasuk mahasiswa dari program diploma dan pascasarjana. Seluruh mahasiswa baru harus menaati kebijakan itu dan kalau mereka melanggar akan dikenai sanksi, mulai dari teguran lisan, tertulis, hingga sanksi administratif. Penerapan kebijakan tersebut bagi dosen dan karyawan memang belum diatur secara jelas dalam kebijakan itu, namun tetap diimbau menaatinya.
C.       Penerapan Transportasi Massal
          Hijaunya lingkungan kampus Universitas Negeri Semarang (Unnes) diakui membuat para pengayuh sepeda tak cepat merasakan lelah. Setidaknya itulah dikatakan Kukrit Suryo Wicaksono, ketua Suara Merdeka Bicycle Club (SMBC) seusai bersepeda di kampus Unnes dan beberapa ruas jalan di kawasan Gunungpati, Minggu (26/12).
          Bersama Rektor Prof Dr Sudijono Sastroatmodjo MSi dan ratusan anggota SMBC, Unnes Cycling Association (UCA), dan Pahlawan Cycling Club, Kukrit menyusuri kampus Unnes, Jalan Sekaran, Kalisegoro, Ngijo, Pengkol, Pagersalam, Sumurjurang, Mangunsari, dan finis di Unnes.
          Bersama rektor dan jajarannya sudah menerapkan transportasi massal yang di laksanakan oleh warga Unnes meliputi dosen, karyawan dan juga mahasiswa. Namun saat ini entah mengapa populasi sepeda semakin berkurang tidak seperti dahulu yang baru-barunya Unnes menetapkan sebagai universitas konservasi.

D.      Program yang di Kembangkan
          Sebagai Universitas Konservasi, UNNES harus melaksanakan kegiatan-kegiatan yang menunjang terciptanya kampus yang hijau, bebas polusi asap kendaraan. Sebagai contoh : Car Free Day (Hari Bebas Mobil) atau bersepeda ke kampus. Dengan adanya kegiatan-kegiatan tersebut, diharapkan UNNES benar-benar menjadi Universitas Terhijau di Indonesia bahkan Universitas Konservasi Tingkat Internasional. Namun, kegiatan tersebut belum sepenuhnya berhasil, karena masih banyak mahasiswa yang menggunakan sepeda motor ketika berangkat ataupun pulang kuliah. Itulah yang menyebabkan polusi udara belum teratasi. Di sisi lain, pihak birokrasi UNNES sedang gencar-gencarnya menggunakan sepeda ke kampus. Saat ini, di belakang BNI UNNES sedang dibangun parkir sepeda motor maupun mobil. Parkir ini berpusat di sebelah gedung A1 FIP. Dengan adanya parkir pusat ini, seluruh civitas akademika diharapkan ke kampus dengan bersepeda atau bahkan mungkin dapat berjalan kaki, sehingga udara di sekitar kampus akan terasa lebih sejuk.
          Sejak 19 Desember 2010 lalu Unnes sudah mulai membuat Pasar Krempyeng Nyeni pada tiap Minggu pagi. Setidaknya ini menjadi titik semangat untuk mengembangkan kegiatan rutin tersebut ini menjadi lebih bermanfaat untuk menggalang partisipasi masyarakat kampus dan masyarakat sekitar kampus Unnes menyumbangkan perannya pada lingkungan hidup. Pasar Krempyeng Nyeni bisa dijadikan hari khusus bagi masyarakat kampus dan masyarakat sekitar untuk ”belajar memaknai”  hidup tanpa kendaraan bermotor. Alternatif lain yang lebih berani adalah menyelenggarakan kegiatan CFD pada hari kerja. Seluruh sivitas akademika pada hari tertentu diwajibkan bermobilitas di kampus tanpa kendaraan bermotor. Tentu hal ini menyangkut kebijakan dan kesepakatan seluruh civitas akademika itu sendiri.
  Car Free Day  bisa memberi efek berantai yang sungguh positif: menggalang kebersamaan; memupuk naluri gotong royong; menumbuhkan kepercayaan antar warga, bahkan antara warga dan aparat pemerintah; bibir yang semula berkerut ke depan tertarik ke samping membentuk senyum lebar. Aktivitas bertemu orang banyak, dari masyarakat sipil hingga para aparat yang dalam keseharian terkungkung dalam label atasan-bawahan, aparat hukum-sipil, lawan-kawan politik langsung lebur dalam satu suasana: kebersamaan. Car Free Day merupakan peluang untuk berinteraksi informal secara positif antarsesama setelah lama tenggelam dalam individualisme keseharian.
  Namun, Car Free Day harus dilakukan secara kontinue (berkelanjutan) agar sekuruh civitas akademika dapat merasakan nikmatnya pemandangan kampus dengan berjalan ataupun bersepeda gembira bersama kawan-kawannya. Semua itu dilakukan untuk mengangkat citra UNNES di mata dunia bahwa UNNES satu-satunya Universitas di Indonesia yang telah mendeklarasikan dirinya sebagai Universitas Konservasi.
                 Semenjak Unnes mendeklarasikan diri sebagai universitas konservasi, program-program yang mendukung visi ini terus bergulir; termasuk bersepeda di lingkungan kampus. Memang, membuat sepeda menjadi populer tidak mudah. Ada beberapa hal yang menjadi tantangan, seperti :
1.    Menyiasati kondisi geografi. Apabila kawasan Kota Semarang dapat dibagi     menjadi           tiga kawasan (daerah dataran, daerah perbukitan, dan daerah peralihan), maka kampus Unnes terletak di daerah perbukitan dengan elevasi termasuk tertinggi di Kota   Semarang.
2. Bersepeda merupakan hal “baru” di lingkungan kampus Unnes. Hal “baru” dalam arti bersepeda tidak memiliki sejarah yang panjang yang berkaitan dengan kebiasaan masyarakat, khususnya di sekitar kampus Sekaran.
          Kota-kota di Indonesia seperti Semarang bawah, Solo, dan Yogjakarta dulu ramah kepada para pesepeda. Namun sayang, itu tidak berlangsung sampai saat ini. Sebaliknya, beberapa  kota dianggap surga pesepeda di mancanegara, seperti Amsterdam, Copenhagen, Berlin, dan Barcelona. Berkaca dari pengalaman kota-kota yang memiliki sejarah panjang dengan kisah sepeda sampai saat ini, mungkin ada beberapa hal yang bisa dipelajari oleh kampus kita.
          Menurut publikasi Fietsberaad; salah satu partner pendiri Dutch Cycling Embassy (organisasi dunia yang mengampanyekan sepeda ke seluruh dunia), dua kata kunci dalam pengembangan budaya bersepeda adalah kontinuitas dan integrasi. Kontinuitas berarti ada kesinambungan untuk tetap konsisten dengan kebijakan yang pro bagi pesepeda. Bisa dibayangkan, bila sepeda pada awal tahun 1900-an di Eropa adalah alat transportasi yang hanya bisa dijangkau kaum elite kemudian bertransformasi menjadi alat transportasi bagi semua kalangan saat ini. Integral berarti kebijakan prosepeda ini juga mempertimbangkan aspek keterpaduan dengan kebijakan lalu lintas dan dengan keterpaduan dengan moda transportasi yang lain.
E.       Ketersediaan dan Fasilitas
          Awal tahun 2013, kampus Universitas Negeri Semarang (Unnes) Sekaran direncanakan bebas kendaraan bermotor. Pasalnya, gedung parkir yang kini tengah dibangun terletak di sebelah Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) rampung dibangun. Dosen, karyawan dan mahasiswa akan diarahkan supaya memarkir kendaraan di tempat parkir terpadu.
Rencana ini dipaparkan dalam rapat pimpinan dengan Badan Konservasi Unnes, Rabu (21/11). Rapat dihadiri Pembantu Rektor Bidang Akademik (PR I) Dr Agus Wahyudin, Pembantu Rektor Bidang Administrasi Umum (PR II) Dr Wahyono, Pembantu Rektor Bidang Pengembangan dan Kerja Sama (PR IV) Prof Fathur Rokhman, Direktur Pascasarjana, Dekan, Kepala Biro, Kepala Badan, Unit Pelayanan Pengadaan (ULP), dan fungsionaris mahasiswa.
          “Tahun 2013 kampus Unnes bebas dari kendaraan bermotor. Dosen, karyawan, dan mahasiswa ke fakultas berjalan kaki atau bersepeda,” kata Prof Masrukhi.
  Prof Masrukhi mengatakan, Unnes akan menyediakan lima titik parkir supaya dosen, karyawan, dan mahasiswa bisa memilih tempat parkir yang paling dekat dengan tempatnya beraktivitas. Lima tempat parkir tersebut adalah Gedung Serba Guna lima lantai di sebelah FIP, halaman Masjid Ulul Albab (MUA), lapangan parkir FMIPA, PKMU, dan tempat parkir di dekat lapangan sintetis FIK.
  Lapangan parkir tersebut diprediksi dapat menampung ratusan mobil dan ribuan sepeda motor. Parkir GSG, misalnya, diperkirakan dapat menampung 102 mobil dan 2.218 sepeda motor. Lapangan atletik diperkirakan dapat menampung 25 mobil dan 722 sepeda motor. Lapangan parkir MUA diperkirakan dapat menampung 23 mobil dan 650 sepeda motor. Lapangan parkir FMIPA diperkirakan dapat menampung 29 mobil dan 834 sepeda motor. Adapun lapangan parkir PKMU direncanakan dapat menampung 22 mobil dan 626 sepeda motor.
          Selain menyiapkan tempat parkir, Unnes akan menyiapkan sepeda dan mobil aki kering. Mobil ini akan memfasilitasi civitas akademica yang beraktivitas secara gratis. “Jadi, siapa pun yang tidak bisa naik sepeda, tidak perlu khawatir. Fakultas Teknik (FT) Unnes sudah merancang beberapa mobil aki kering siap mengantar siapa saja dan ke fakultas mana saja secara gratis. Ini adalah komitmen universitas konservasi,” pungkas Prof Masrukhi.

F.      Sarana dan Prasarana Pendukung
Untuk mendukung keberhasilan program itu, Unnes menyediakan sarana dan prasarana pendukung. Misalnya, pembangunan jalan untuk pejalan kaki. Begitu pula untuk pemakai sepeda, ada jalur tersendiri dengan tempat parkir khusus.
Kantong-kantong perparkiran sepeda motor dibangun tak jauh dari areal kampus. Di lokasi itu disediakan sepeda yang bisa dipinjam mahasiswa. "Jadi, setelah memarkir motor, mereka meminjam sepeda untuk menuju kampus," tutur Sudijono. Selain itu, pihak rektorat sedang mengupayakan pengadaan dua unit mobil listrik sebagai kendaraan komuter.
  Kebijakan penggunaan sepeda dalam kampus itu merupakan penjabaran program konservasi yang tengah digalakkan kampus Unnes. Program "Universitas Konservasi" menjadi andalan Unnes untuk menggapai citra setara dengan perguruan tinggi lain. "Bila kebanyakan perguruan tinggi menjadikan riset sebagai unggulan, Unnes menjadikan konservasi untuk menuju world class university," Sudijono mengungkapkan.
  Kontinuitas dan integrasi ini harus bisa diwujudkan dengan masterplan transportasi kampus Unnes dan sekitarnya. Rencana ini antara lain mempertimbangkan rute khusus sepeda (misalnya dengan pengecatan warna yang mencolok untuk lajur sepeda atau pemisahan yang jelas dengan jalur sepeda, dengan jalur sepeda yang khusus, selebar 1,8 m-2 m), keterpaduan dengan angkutan umum dan kendaraan pribadi, parkir sepeda yang memadai, desain persilangan jalan yang aman dan masih banyak lagi.
Sebagai catatan, kondisi Sekaran dan sekitarnya memang tidak ideal bila mengingat kemiringan lebih dari 20o, tetapi hal ini bukannya tidak mungkin untuk budaya bersepeda. Kuncinya adalah dengan keterpaduan moda baik kendaraan umum dan pribadi harus tersambung dengan lokasi parkir sepeda maka arus komuter pesepeda akan lancar.
  Saat ini sejumlah sepeda memang terlihat siap sedia dipakai siapa saja di beberapa lokasi. Melihat pengalaman sepeda hibah dari beberapa sponsor Unnes, mungkin ada baiknya dievaluasi kembali. Tentu kita semua sangat berterima kasih dengan ratusan sepeda hibah tersebut, tetapi tetap tidak dapat dimungkiri bahwa kondisi sepeda tersebut cukup jauh untuk bisa disebut berkualitas. Apa tidak lebih baik, bila sponsor tersebut diberi opsi: pertama, Unnes yang menentukan secara spesifik sepeda seperti apa yang akan diberikan, atau kedua, sponsor cukup memberikan dana dan pihak Unnes yang akan menjadi panitia pengadaannya. Mungkin panitia bisa membeli rangka sepedanya saja dari luar, kemudian pihak Unnes terutama fakultas yang terkait akan membuat sendiri .

G.      Bantuan Sepeda
          Unnes memperoleh bantuan 700 unit sepeda dari Bank Mandiri. Bantuan sepeda itu dimaksudkan sebagai bentuk dukungan atas program universitas konservasi yang dicanangkan perguruan tinggi itu. Penyerahan sepeda tersebut dilakukan oleh Direktur Commercial and Business Banking Bank Mandiri, Sunarso, kepada Rektor Unnes Prof Dr Sudijono Sastroatmodjo MSi di kampus Sekaran Gunungpati, Sabtu (6/11). Sebelumnya seluruh sivitas akademika Unnes bersama jajaran Bank Mandiri dan dihadiri Sekjen Kemendiknas Prof Dr Ir Dodi Nandika serta Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono bersepeda mengelilingi kampus Sekaran. 
          Kebijakan Unnes bersepeda atau berjalan kaki ini diberlakukan bagi seluruh mahasiswa baru sejak tahun ajaran baru 2010/2011 sekitar bulan Agustus lalu.
Sunarso mengatakan, bantuan tersebut diberikan atas penilaian Bank Mandiri kepada Unnes yang memiliki perhatian khusus untuk melestarikan dan menjaga lingkungan dalam konsep universitas konservasi. Sebagai kontribusinya dan juga sesuai dengan kebutuhan Unnes untuk melaksanakan kebijakan bersepeda ke kampus, Bank Mandiri memberikan bantuan 700 sepeda. ’’Ini merupakan wujud dari program Corporate Social Responsibility (CSR) Bank Mandiri dalam dunia pendidikan yang dikembangkan Unnes pada konservasi green campus,’’ ujarnya.
          Sementara Sudijono menyampaikan, penyerahan bantuan sepeda itu merupakan bentuk kerja sama Bank Mandiri dan Yayasan Damandiri dalam pemberdayaan masyarakat untuk menumbuhkan dan menguatkan program konservasi, yang salah satu tujuannya adalah mengurangi polusi udara. Kemudian sepeda merupakan salah satu sarana yang dibutuhkan untuk itu. 
          ’’Hingga saat ini jumlah sepeda di Unnes di atas seribu unit. Dengan pengurangan penggunaan sepeda motor dan mobil membuat lingkungan benar-benar nyaman bagi penghuni yang sebagian besar pelajar yang masih lama menghirup udara ini,’’ ungkapnya.

No comments:

Post a Comment